don't talk to me

Rabu, 23 Februari 2011

Letusan Bintik Matahari Kacaukan Bumi


Akhir minggu lalu, letusan bintik matahari dikabarkan mengarah ke Bumi dan diperkirakan sampai pada hari Jumat pagi dini hari.  Dampak suar matahari itu diperkirakan bisa mengacaukan jaringan radio telekomunikasi di seluruh dunia.

Perkiraan kerusakan telekomunikasi itu disimpulkan berdasarkan efek letusan bintik matahari yang sudah-sudah. Dalam empat tahun terakhir, sebuah suar matahari yang sangat kuat membawa badai cuaca yang sangat besar. Dan selama ini badai itu selalu mengganggu sejumlah jaringan telekomunikasi di Bumi.

Demikian dikatakan profesor Daniel Baker, seorang ahli cuaca ternama asal University of Colorado, seperti dikutip VIVAnews dari Cellular News, Senin 21 Februari 2011.
Bintik mahatai yang meletus 15 Februari lalu,diklasifikasikan sebagai  suar kelas X. Letusan itu memuntahkan miliaran ton partikel ke arah Bumi, yang dikenal dengan istilah coronal mass ejection (CME).
Sejumlah ahli menyebutkan bahwa letusan itu adalah pertanda bahwa matahari telah hidup kembali. "Selama beberapa tahun terakhir, sejak awal abad 20, matahari cukup tenang. Tapi sekarang ia memuntahkan miliaran ton partikel dan memicu badai geomagnetik di medan magnet Bumi. Muntahan partikel sekuat itu mampu menyebabkan gangguan telekomunikasi, sistem navigasi penerbangan, dan arus listrik," jelas Baker.

"Letusan matahari itu juga menganggu keamanan para astronot dan awak pesawat," tandas profesor yang pernah menjabat ketua komite National Research Council 2008 dengan hasil riset bertajuk "Severe Space Weather Events".

Dari sudut pandang ilmiah, peristiwa bintik matahari kelas X, jenis suar matahari terkuat, dianggap sangat menarik. Tapi, dari sudut pandang masyarakat, Baker mengatakan, kita tidak mungkin membiarkan awak pesawat ruang angkasa yang beroperasi di sekitar Bumi sampai turun ke Bumi.

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration, beberapa CME akan mencapai atmosfer Bumi pada hari ini atau esok. Namun, belum dapat dipastikan wilayah Bumi mana yang akan terkena dampak letusan suar matahari itu.

"Ketergantungan manusia pada teknologi sekarang ini membuat masyarakat lebih rentan terhadap pengaruh cuaca," ucap Baker. "Tapi, para ilmuwan dan insinyur telah membuat langkah besar dalam beberapa dekade terakhir terkait fenomena ini."

"Sekarang kami lebih paham tentang apa yang akan terjadi dan apa dampaknya. Sehingga, setidaknya dapat membangun sistem yang lebih kuat untuk meminimalisir dampak letusan tersebut," tutur Baker.

"Ini akan menjadi sangat menarik untuk menguji sistem teknologi kami dalam menahan kerasnya cuaca ruang angkasa seiring meningkatnya kembali aktivitas matahari," pungkasnya.

Ada Kehidupan di Planet Mirip Bumi?


NASA, badan antariksa milik AS NASA, baru-baru ini mengidentifikasi 'dunia' baru yang dikenal dengan KOI 326.01. Planet ini memiliki volume dan diameter lebih kecil dibandingkan Bumi dengan temperatur sedikit lebih rendah dari air mendidih. Tetapi, sejauh ini KOI 326.01 menjadi planet yang termirip dengan Bumi, setidaknya dari segi ukuran.

Planet KOI 326.01 telah ditangkap pertama kali oleh Teleskop Kepler. Teleskop tersebut bekerja untuk mendeteksi planet-planet ekstrasolar (berada di luar tata surya). Ia mampu mengamati 150.000 bintang terdekat Bumi di ruang angkasa.

Dari ratusan ribu bintang yang citranya terjangkau, teleskop Kepler mengamati segala perubahan cahaya samar menuju bintang. Jika ada bayangan atau obyek yang mengganggu pandangan ke arah bintang, bisa jadi itu adalah planet.

Sejauh pengamatan terhadap KOI 326.01, ilmuwan planet dari Ames Research Center NASA William Borucki mengatakan, "Ini obyek kecil, kandidat kecil."

"Astronom pun bahkan tidak mengetahui berapa ukuran bintang induknya. Sebab itu, sulit untuk mengetahui karakteristik planet yang mirip Bumi itu. Sampai kini, belum ada konfirmasi lebih lanjut," tandas dia, yang juga bertanggung jawab sebagai kepala tim sains Kepler, seperti dikutip  dari TG Daily, Selasa 22 Februari 2011.

Sementara itu, Sara Seagar dari MIT mengatakan pengamatan melalui teleskop Kepler adalah langkah pertama tim menuju pengungkapan karakteristik planet-planet selain Bumi. Inisiatif di masa mendatang, dikatakan Sarah, adalah mengetahui adanya kehidupan atau tidak, serta memahami karakter planet beserta isinya secara umum jika mereka menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

"Pertanyaan-pertanyaan di atas belum bisa terjawab dengan satu teleskop ini. Ini baru langkah awal. Ke depan, kami akan menciptakan teknologi yang bisa menjawab semua pertanyaan itu," ujar Sarah yang juga tergabung menjadi anggota tim Kepler.

Memang, ada perkiraan bahwa satu dari 200 bintang di ruang angkasa pasti terdapat sebuah planet yang memiliki zona layak huni oleh makhluk hidup, atau seperti kehidupan seperti Bumi.

Planet KOI 326.01 salah satunya? Itu masih misteri. Tapi, menurut beberapa ilmuwan, planet seukuran Bumi itu merupakan salah satu planet yang cocok untuk kehidupan alternatif penghuni Bumi.

"Ada banyak sekali laut di permukaan planet-planet yang ada di luar sana. Sangat menarik untuk dieksplorasi apakah ada kehidupan atau tidak," tutur Borucki. "Tapi, untuk menuju ke sana, kita perlu waktu bertahun-tahun sejak data pertama ditemukan."